๐“ฎ๐“ฌ๐“ฌ๐“ฎ๐“ญ๐“ฎ๐“ท๐“ฝ๐“ฎ๐“ผ๐“ฒ๐“ช๐“ผ๐“ฝ

 




Bayangin aja dulu.


Kamu bersama rangkaian mawar digenggamanmu.

Tanganmu penuh luka karena durinya, tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan luka hatimu.

Kamu terdiam, menatap kosong lautan lepas di hadapanmu.

Darah merahmu yang tampak sedikit kontras dengan pasir putih mengalihkanmu.

Tapi tidak ada niatan untukmu melepaskan hal yang membuatmu terluka, itu masalahnya.

Kamu terduduk.

Mengeratkan pelukanmu, dan kamu menyadari jika sakit itu semakin terasa.

Meremukkan hatimu, hingga air mata meneteskan bulirannya.

Kemudian pendengaranmu teralihkan.

Deburan pelan ombak yang saling menyahut, tiba-tiba menghampiri kaki telanjangmu.

Menghapus jejak kemerahan yang perlahan memudar.

Kamu sedikit tertegun, lalu terbangun dari dudukmu.

Tanpa sadar kaki telanjangmu mulai bergerak, mengikuti ombak yang sedari tadi seolah mengajakmu bersamanya.

Telapak kakimu tenggelam, kemudian seluruh kakimu terasa basah dengan air asin yang membuat luka ditanganmu semakin perih.

Tapi entah mengapa itu seperti candu bagimu.

Tanpa peduli lagi kamu terus mengikutinya, dadamu terasa semakin sesak.

Hingga akhirnya air itu menyentuh ujung kepalamu, menenggelamkanmu dalam ketenangan.

Tanpa perlawanan, bahkan mawar yang sebelumnya kamu peluk erat kini terlepas dari genggamanmu.

Kamu tersenyum, ketika air asin itu perlahan memenuhi rongga paru-parumu.

Hingga tidak ada celah untuk oksigen disana.

Dan senyum 'manis' itu perlahan memudar. Bersama dengan luka yang selama ini kamu sembunyikan.




-L.E-

Comments